Selasa, 16 Maret 2010

1. TERNYATA.........

Aku benci Bapak ! Aku benci Bapak !
Kalimat ini kuucapkan berkali – kali. Bagaimana tidak benci ? Akhir – akhir ini sikap Bapak berubah drastis. Biasanya sayang dan perhatian sekali sama aku dan Ibu. Tiap kali aku minta diantar les menari atau jalan – jalan sore selalu dituruti. Kadang juga menemaniku belajar dan mengerjakan PR malam hari. Tapi kali ini tidak. Bahkan pulang kantor hari sudah malam.
“Bu,kenapa sih sekarang Bapak jadi lain ?,” tanyaku pada Ibu suatu pagi.
“ Lain bagaimana , Loli ?”, sahut Ibu lembut.
“ Ya, lain. Jarang bersama kita lagi. Sama aku cuek. Padahal kemarin – kemarin suka main catur atau main PS bareng Aku. Sekarang bertemu di depan pintupun diam saja , “ kataku dengan dongkol.
“ Itu hanya perasaanmu saja. Bapak sayang kamu, Loli. Tuh, kamu dikasih uang saku. Pesannya tadi sebelum pergi, kamu disuruh berangkat sekolah naik angkot. Memang akhir –akhir ini kesibukan Bapak bertambah banyak, “ kata Ibu sambil menuang teh ke dalam gelas.
“ Sebel. Naik angkot kan bayar, Bu. Berjubel lagi ”.
“ Iya. Makanya Bapak menambah uang sakumu untuk ongkos. Kamu harus belajar sabar dan menghargai orang lain, “sambung Ibu sambil membelai rambutku. Ini yang membuatku tak mampu untuk membantahnya lagi.
Mengapa Ibu membela Bapak ? Bukankah jika Bapak pulang telat berarti Ibu harus mengambil alih pekerjaan Bapak di sore hari ? Menyiram bunga dan memberi minum burung adalah salah satunya. Padahal bunga dan burung di rumah cukup banyak. Ingin Aku membantu Ibu tapi tidak bisa karena tiap sore Aku les dan kursus ini itu .........
Siang itu Aku pulang sekolah bareng Zahra dan Harun. Dalam perjalanan kami asyik ngobrol mengomentari penjelasan Bu Hesti guru kesenian kami.
“ Wah asyik dong sekolah kita tampil pertama dalam Festival Seni besok malam,” kata Zahra membuka obrolan sambil mulutnya komat – kamit mengunyah permen karet.
“ Iya, ini kan acara bergengsi. Pesertanya banyak. Pasti bagus – bagus,” sambung Harun tak kalah semangat.
“ Sekolah kita menampilkan fragmen Ramayana. Pemainnya siswa kelas V dan VI. Kakak Musa main jadi Wibisana, adik Rahwana yang baik hati dan ksatria, pas banget dengan karakter kakakku ,” kata Harun bangga.
“ Kalau kamu cocoknya jadi Anoman, kera putih utusan Rama “, kataku bercanda. Serentak tawa kami pecah.
“ Nggak apa –apa. Anoman kan duta yang setia menjalankan tugas. Tanpa bantuan Anoman tak mungkin Rama bisa bertemu Dewi Sinta”, bela Zahra.
“ Besok kita kita nonton rame – rame. Sama papa mama juga. Aku sudah dapat tiketnya,” sahut Harun.
“ Oke “, sahutku dan Zahra serempak.
Esok malamnya Aku nonton Festival Seni bersama Ibu. Benciku pada Bapak semakin menggunung karena tak menyisihkan waktu untuk nonton Festival bersama kami. Bahkan seharian ini Bapak tidak pulang.
“ Sudahlah Loli. Yang penting kamu bisa nonton. Masih banyak kesempatan untuk nonton bareng Bapak lain waktu,” kata Ibu menghiburku.
Malam itu suasana gedung pertunjukan sangat ramai. Kulihat kawan – kawanku nonton bersama keluarganya. Para penonton tertawa terpingkal – pingkal ketika 2 orang badut berpakain Gareng dan Petruk beraksi membuka acara. Pertunjukan sangat istimewa. Penonton larut dalam cerita yang ditampilkan oleh kawan – kawanku. Aksi mereka di panggung sangat menawan. Tepuk tangan membahana saat Gareng dan Petruk menutup acara.
Para penonton puas. Kulihat Bapak Kepala Sekolah menerima banyak ucapan selamat dari para tamu. Di pojok gedung, sekelompok anak seusiaku mengerumuni sesuatu. Dengan rasa ingin tahu aku menghampiri mereka.Ooh mereka mengajak Gareng dan Petruk foto bersama. Silih berganti mereka mengambil gambarnya. Tiba – tiba si Gareng mendekatiku, langsung merangkulku. Belum hilang rasa kagetku , kudengar dia berkata ,” Loli sayang, maafkan Bapak ya, tidak memberitahumu. Bapak ingin membuat kejutan untukmu. Malam ini kamu hadir bersama Bapak Ibumu bukan ? “
Semua mata tertuju pada kami. Ekspresi kagetku terekam di kamera kawan – kawanku. Lucu sekali. Bapakku ternyata seniman kelas tinggi dan itu baru kuketahui. Kini aku punya julukan baru : Loli Gareng .............***280305

4 komentar:

fika mengatakan...

seruuuu...

ning nanung mengatakan...

yaaaaa makaciiiiihhhhh nooooonnnn

Agung Sulistiyono mengatakan...

Endingnya di luar dugaanku...

ning nanung mengatakan...

oh ya.....tmksh